Tuesday, 24 September 2013

KEWAJIBAN SEORANG SUAMI



Di dalam agama Buddha tidak dibahas hak seorang suami, yang ada hanyalah kewajiban seorang suami sebagai kepala keluarga. Dalam Mangala Sutta terdapat sebuah bait yang bunyinya sebagai berikut :

MATAPITU UPATTHANAM
PUTTADARASSA SANGAHO
ANAKULA CA KAMMANTA
ETAMMANGALAMUTTAMAM
artinya :
Menyokong dan merawat ayah dan ibu
Membahagiakan anak dan istri
Pekerjaan yang bebas dari keruwetan
Itulah Berkah utama
(Khuddaka Patha halaman 3)

Seorang suami sebagai kepala keluarga wajib memiliki penghasilan yang secukupnya agar dapat memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Ia wajib membahagiakan anak dan isterinya di samping menyokong dan merawat kedua orang tuanya yang masih hidup. Kepada orang tua dan leluhur yang sudah meninggal maka ia wajib melakukan Pattidana (Melakukan perbuatan-perbuatan jasa yang kemudian dilimpahkan kepada para almarhum tersebut)

Agar seorang suami tidak dibenci oleh isterinya maka ia wajib rajin bekerja agar tidak jatuh miskin, wajib memelihara kesehatan agar tidak sakit-sakitan, wajib menghindarkan minuman keras agar tidak mabuk-mabukan, wajib banyak belajar agar tidak bodoh, wajib bersikap telaten dan perduli agar tidak mengabaikan isterinya, jangan terlalu sibuk dan dapat membagi waktunya untuk isteri, wajib berhemat dan tidak meng-hambur-hamburkan uang

(Jataka V, 433)


Di dalam Sigalovada Sutta terdapat 5 kewajiban seorang suami terhadap isterinya sebagai berikut :

Menghormati isterinya;
Bersikap lemah lembut terhadap isterinya;
Bersikap setia terhadap isterinya;
Memberikan kekuasaan tertentu kepada isterinya;
Memberikan atau menghadiahkan perhiasan kepada isterinya.

Bagi seorang kepala rumah tangga terdapat empat Dhamma yang wajib untuk dimiliki, yaitu :

Sacca : Kejujuran dan selalu menepati janji kepada orang lain
Dama : Pengendalian pikiran yang baik
Khanti : Kesabaran dalam menghadapi setiap persoalan sulit
Caga : Kemurahan hati terhadap mereka yang pantas untuk diberi
(Samyutta Nikaya I, 215)

KEWAJIBAN SEORANG ISTRI

Atas perlakuan yang diterimanya dari seorang suami yang baik, berdasarkan Sigalovada Sutta maka seorang isteri yang mencintai suaminya mempunyai kewajiban sebagai berikut:

Melakukan semua tugas kewajibannya dengan baik
Bersikap ramah kepada keluarga dari kedua belah pihak
Setia kepada suaminya
Menjaga baik-baik barang-barang yang dibawa oleh suaminya
Pandai dan rajin dalam melaksanakan semua pekerjaannya
(Digha Nikaya III, 190)

Adalah merupakan hal yang pantas dipuji apabila setiap isteri berusaha untuk memenuhi 5 ciri isteri yang sempurna, yaitu :

Bangun lebih dahulu dari suaminya
Pergi tidur setelah suami tertidur
Selalu mematuhi perintah suaminya
Selalu bersikap ramah dan sopan
Dari mulutnya hanya keluar kata-kata yang ramah.
(Anguttara Nikaya IV, 265)

Telah dicatat bahwa disamping menjadi isteri dengan 5 ciri di atas, Ratu Mallika juga bertekad agar batinnya terbebas dari iri hati dan cemburu.

(Anguttara Nikaya II, 205)

(Lihat Dhammapada Atthakatha, Buddhist Legends jilid II halaman 72-73) :

Jangan membawa keluar api yang berada di dalam rumah
(Api di sini berarti fitnah. Seorang isteri seharusnya tidak menceritakan keburukan suami atau mertuanya kepada orang lain, demikian pula tidak menceritakan kekurangan-kekurangan atau pertengkaran dalam keluarga kepada orang lain)
Jangan memasukkan api dari luar ke dalam rumah
(Seorang isteri seharusnya tidak mendengarkan hasutan-hasutan atau gosip dari keluarga-keluarga lain dan membawanya ke dalam rumah)
Memberi hanya kepada mereka yang memberi
(Hanya meminjamkan sesuatu kepada mereka yang mau mengembalikan)
Jangan memberi kepada mereka yang tidak memberi
(Jangan meminjamkan sesuatu kepada mereka yang tidak akan mengembalikan barang yang dipinjam)
Memberi kepada mereka yang memberi dan tidak memberi
(Menolong orang-orang miskin atau kawan-kawan tanpa memperdulikan apakah mereka akan mengembalikan atau tidak)
Duduk dengan bahagia
(Duduk pada posisi yang sesuai, apabila mertua datang menghampiri ia harus berdiri untuk menghormat)
Makan dengan bahagia
(Sebelum makan seorang isteri terlebih dahulu mempersiapkan segala hidangan untuk mertua dan suaminya, di samping memperhatikan juga kebutuhan makanan dari para pembantu rumah tangga)
Tidur dengan bahagia
(Sebelum tidur memeriksa dahulu apakah pintu-pintu dan jendela-jendela sudah ditutup atau belum, apakah masih ada api yang menyala di dapur, apakah ada bahaya yang mungkin mengancam keselamatan keluarga, apakah para pembantu telah menyelesaikan tugasnya, apakah mertua dan suaminya sudah tidur atau belum. Kemudian bangun pagi-pagi sekali dan tidak akan tidur siang kecuali sedang sakit)
Rawatlah api dalam rumah
(Rawatlah mertua dan suami dengan baik, seperti merawat api di dapur dan api merawat kita di dapur)
Hormatilah dewata keluarga
(Mertua dan suami dipandang sebagai dewata yang patut untuk dihormati)
Menurut tradisi timur, seorang isteri wajib memandang suami sebagai “yang dipertuan”. Sang Buddha pernah bersabda bahwa isteri juga adalah sahabat karib dan dewa penolong dari suaminya, oleh karena itu ia pantas untuk diperlakukan dengan baik dan dicintai oleh suaminya

No comments:

Post a Comment