Setelah melalui empat asaṅkhyeyya
dan seratus ribu kappa, seorang pacceka buddha pencapai pencerahan dan menjadi
buddha. Kurun waktu yang tak terhitung itu menjadikan sulitnya untuk menjumpai
buddha di dunia ini. Namun sebenarnya ada banyak buddha yang telah muncul di
alam semesta ini. Jika dihitung dari masa masa bodhisata sumedha yang merupakan
pacceka buddha gotama maka terdapat dua puluh empat buddha. Namun sebelum dua
puluh empat Buddha tersebut muncul masih banyak para Buddha yang telah muncul
di alam semesta ini.
Pada edisi ini salah satu Buddha yang patut kiranya untuk
diketahui dari para Buddha yang telah ada di alam semesta ini adalah Buddha Maṅgala. Buddha Maṅgala merupakan salah satu
Buddha yang pernah ada jauh sebelum munculnya Buddha Gotama. Bahkan Boddhisata calon
Buddha Gotama yang saat itu terlahir sebagai seorang brahmana yang bernama
Suruci sempat melakukan Paramita kepada
Buddha Maṅgala
berupa berdana makanan yang berjumlah besar dengan cara mengundang Buddha Maṅgala beserta para bhikkhu
ke kediaman-Nya.
Berikut Ciri-ciri Buddha Maṅgala
Buddha Maṅgala
lahir di Kota Utara.
Ayah-Nya adalah Raja
Uttara dan Ibu-Nya adalah Ratu Uttara.
Dua Siswa Utama-Nya adalah Sudeva Thera dan Dhammasena
Thera.
Pembantu utama-Nya adalah Palita Thera.
Dua siswi utama-Nya adalah Thera Sivala dan Thera Asoka.
Pohon Bodhi-Nya adalah pohon naga.
Dua siswa awam utama-Nya adlah orang kaya Nanda dan Visakha,
dan dua siswi awam utama-Nya adalah Anula dan Sutana.
Tinggi-Nya delapan puluh delapan lengan (kira-kira 44
meter). Cahaya tubuh-Nya selalu bersinar indah menembus sepuluh ribu alam
semesta. Kadang-kadang bhakan lebih jauh dari sepuluh ribu alam smesta,
mencapai ratusan ribu alam smesta. Bahkan karena terangnya, tidak saja
benda-benda sekitarnya seperti pohon-pohon, tanah, hutan, gunung, dan lautan
yang menjadi terang, bahkan, panci dan wajan yang biasanya kotor dan hitam
karena jelaga juga bercahya seolah-olah berlapis emas.
Pada masa-Nya, usia manusia mencapai sembilan puluh ribuh
tahun dan selama kehidupan-Nya yang panjang Ia telah menyelamatkan banyak makhluk seperti manusia, dewa, dan
brahma, mengangkat mereka dari air samsara dan membawanya ke pantai Nibbana.
Sewaktu menjalani kehidupan sebagai umat awam, Buddha
Mangala tinggal di tiga istana emas: Istana Yasavanta, Istana Rucimanata, dan
Istana Sirimanta.
Beliau memiliki tiga puluh ribu pelayan perempuan.
Permaisuri-Nya adalah Yasavati, putra-Nya bernama Sivala. Masa pemerintaha-Nya
selama sembilan ribu tahun.
Pada waktu melepaskan keduniawian, Beliau menunggang kuda
bernama Pandara. Saat mencapai Penerangan Sempurna, ia tinggal di Taman Uttara.
Seperti halnya mustahil untuk mengitung jumlah ombak di
samudra, demikian pula adalah mustahil dapat mengitung jumlah Arahanta siswa
Buddha.
Selama masa pengajaran Buddha Maṅgala yang mengantarkan seluruh tiga jenis makhluk ke Nibbāna, tidak ada seorang bhikkhu pun yang
meninggal dunia dengan masih memiliki kekotoran batin (semuanya mencapai
Arahanta dan mencapai Nibbāna
setelah meninggal dunia).
Buddha maṅgala
yang memiliki banyak pengikut dan kemasyuran, menyalakan pelita dhamma dan
menyelamatkan sejumlah besar manusia dari sungai samsara menuju pantai nibbāna. Seperti api yang berkobar-kobar
menjadi padam dan seperti matahari yang terbenam, buddha mncapai parinibbāna untuk menunjukan bahwa demikianlah
sifat ketidakkekalan, penderitaan, dan
tenpadiri dari semua benda berkondisi bagi manusia, dewa, dan brahma.
Segera setelah Buddha Maṅgala
meninggal dunia, cahaya tubuhnya memudar dan sirna, dan seluruh sepuluh ribu
alam semesta berada dalam kegelapan total. Terjadi kesedihan luar biasa bagi
semua manusia diseluruh alam semesta.
Buddha Maṅgalamengucapkan
ramalan kepada Boddhisatta Buddha Gotama
Ketika Buddha maṅgala
sedang memberikan khotbah sebagai menghargaan terhadap persembahan yang
diterima-Nya, Beliau melakukan perenungan dengan kebijaksanaan-Nya untuk
melihat ke masa depan, “orang ini telah melakukan dāna sangat besar, akan menjadi apakah ia di
masa depan?” Kemudian Buddha melihat bahwa ia pasti akan menjadi Buddha,
bernama Gotama, dalam satu bhadda kappa setelah dua asaṅkkhyeyya dan seratus ribu kappa berlalu.
Buddha kemudian memanggil Brahmana Suruci dan mengucapkan ramalan-Nya, “setelah
dua asaṅkkhyeyya dan
seratus ribu kappa berlalu, engkau pasti akan menjadi buddha, bernama Gotama.”
Mendengar ramalan Buddha Maṅgala,
Boddhisatta menjadi sangat gembira, kemudian berpikir, “Buddha telah meramalkan
bahwa aku kelak akan menjadi Buddha. Apakah artinya hidup berumah tangga. Aku
harus melepaskan keduniawian sekarang juga.” Setelah meninggalkan kehidupan
brahmana kaya raya, seperti mambuang ludah, ia menjadi bhikkhu dibawah
bimbingan buddha Maṅgala.
Memelajari Dhamma, mencapai lima Abhiñña
dan delapan Jhāna,
dan tanpa pernah jatuh dari Jhāna,
ia terlahir kembali di alam Brahma dengan waktu yang cukup lama.
Sumber:
Miṅgun
Sayadaw, Tipiṭakadhara.
2009. The Great Chronicle Buddhas. Girimaṅgala
Publications, Ehipassiko Foundation.
No comments:
Post a Comment